PENDAHULUAN
Kapri atau ercis (Pisum sativum L) termasuk famili Fabaceae dan merupakan sayuran dataran tinggi yang dapat menyerbuk sendiri. Kapri ditanam untuk dipanen polong mudanya. Kapri memiliki kandungan protein tinggi, asam amino yang seimbang dan mudah dicerna. Kapri bijian kering dalam jumlah banyak dapat digunakan sebagai pakan ternak.
PERSYARATAN TUMBUH
Kapri dapat tumbuh baik di dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 700 m dpl. Beberapa syarat penting agar kapri dapat tumbuh baik adalah beriklim sejuk, kelembaban udara tinggi, tanah gembur dan banyak mengandung humus, air tidak menggenang, pH tanah berkisar antara 5,5-7,5, serta memiliki drainase dan aerasi yang baik.
BUDIDAYA TANAMAN
1. Benih
Kebutuhan benih per ha kurang lebih 30 kg. Kultivar yang dapat digunakan antara lain kultivar lokal Berastagi Panjang, lokal Berastagi Pendek, Taiwan, Sugar Early Dwarf dan lokal Garut.
Sebelum ditanam, sebaiknya benih di rendam dalam air dingin selama 6-12 jam atau dapat dicampur dengan fungisida untuk mencegah serangan cendawan di dalam tanah.
2. Penanaman
Pengolahan tanah dilakukan dengan cara dicangkul atau dibajak sedalam 30 cm. Kemudian dibuat guludan dengan jarak 75-90 cm. Benih dapat ditanam dengan cara dibuat lubang tanam (tugal) atau dengan cara larikan. Untuk penugalan ditanam 1-2 benih per lubang tanam. Jarak tanam yang digunakan tergantung pada kultivar yang digunakan. Untuk mendapatkan pucuk muda dalam jumlah banyak, sebaiknya digunakan jarak tanam yang sempit. Sedangkan untuk mendapatkan polong muda kualitas ekspor digunakan jarak tanam 10-25 cm. Penanaman kacang kapri menggunakan turus.
3. Pemupukan dan Pengapuran
Pengapuran dengan dosis 2 ton/ha dilakukan pada tanah yang masam yaitu pH < 6, menggunakan dolomit dengan cara ditabur dan diaduk dengan tanah pada waktu 2-3 minggu sebelum tanam. Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang ayam dengan dosis 20 ton/ha dan diberikan sebagai pupuk dasar pada 2-3 minggu sebelum tanam. Sedangkan dosis pupuk kimia per hektar adalah N 150 kg, P2O5 190 kg dan K2O 80 kg. Pupuk nitrogen yang digunakan sebaiknya adalah campuran Urea dan ZA (1:1) dan diberikan pada awal pertumbuhan.
4. Pemeliharaan
Tanaman kapri memerlukan 75-150 mm air setiap hari yang dipenuhi dari hujan atau penyiraman saat musim kemarau. Tanaman ini sangat peka terhadap kelebihan air, sehingga penggenangan harus dihindari, khususnya pada fase pembungaan. Hujan atau irigasi selama pembungaan dapat meningkatkan serangan penyakit.
Pemberian turus dilakukan saat penanaman. Turus bambu setinggi 2 meter dipasang dalam barisan tanaman dan antar tonggak bambu dipasang tali rafia di kedua sisi tanaman sebagai penahan dan tempat berdirinya tanaman. Penambahan pemasangan tali rafia dilakukan sejalan dengan perkembangan tanaman. Pengendalian gulma dilakukan pada awal pertumbuhan dan pada saat pertumbuhan gulma berkembang pesat.
5. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Hama utama kapri adalah Phytomiza atricornis. Serngan hama ini dapat dicegah dengan melakukan tumpang sari kapri dengan tanaman lain. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan insektisida secara selektif. Hama lain yang dapat menyerang tanaman kapri adalah thrips, yang dapat dicegah dengan menjaga kondisi lingkungan.
Penyakit yang dapat menyerang antara lain antraknos, layu Fusarium, Aschochyta pycnidia, busuk akar dan embun tepung. Layu Fusarium dapat diatasi dengan rotasi tanaman, dan pemberian ekstrak bawang putih berkonsentrasi tinggi. Patogen Aschochyta pycnidia dan patogen penyebab penyakit antraknos terbawa oleh benih, sehingga penggunaan benih sehat sangat diperlukan. Busuk akar dapat dicegah dengan melakukan rotasi, pemilihan waktu tanam yang tepat yaitu pada musim kering, dan pengendalian kimiawi dengan cara fumigasi. Pengendalian penyakit tepung dilakukan dengan cara merendam benih dalam air panas selama 30 menit, rotasi tanaman dan pengasapan menggunakan belerang.
6. Panen dan Pascapanen
Untuk konsumsi segar, kapri dipanen pada saat polong masih muda, lunak tapi tegar, tidak berserat dan berwarna hijau muda. Polong muda dipanen pada umur 9-11 hari setelah bunga mekar. Ketebalan polong sebagai indeks panen yaitu tidak lebih dari 0,75 cm. Produksi panen kapri berkisar antara 3-5 ton/ ha.
Waktu panen yang baik adalah pagi atau sore hari saat cuaca lembab. Pemanenan dilakukan menggunakan gunting atau pisau, kemudian polong dimasukkan dalam container (wadah). Sortasi dapat dilakukan menggunakan ban berjalan atau secara manual. Hasil penelitian menunjukkan sortasi dengan ban berjalan lebih baik dibandingkan secara manual.
Pengemasan menggunakan peti karton yang diberi lapisan ganda kertas koran dan plastik PE atau dapat pula menggunakan karton bergelombang yang dilapisi lilin.
Sumber: Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Pusat Balai Penelitian dan Pengembangan Holtikultura
Badan Penelitian dan Penggembangan Pertanian 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar