Pages - Menu

Halaman

Minggu, 02 Maret 2014

BUDIDAYA MENTIMUN

PENDAHULUAN
Mentimun (Cucumis sativus L.) dikenal dengan nama lain timun (Jawa), bonteng (Sunda), atau cucumber (Inggris), termasuk dalam famili Cucurbitaceae. Kegunaan mentimun antara lain untuk mentimun segar (dipilih buah yang berwarna hijau gelap dengan ukuran buah panjang) dan untuk bahan dasar acar (diplih buah yang berwarna hijau terang dengan ukuran buah pendek).

PERSYARATAN TUMBUH
Tanaman mentimun bisa dibudidayakan pada ketinggian 200-800 m dpl, dengan ketinggian optimal 400 m dpl. Tekstur tanah yang cocok adalah yang berkadar liat rendah dengan pH 6-7.

BUDIDAYA MENTIMUN
1. Perkecambahan Benih
Perkecambahan dilakukan di bak berukuran 10 cm x 50 cm x 50 cm atau tergantung kebutuhan. Bagian atas bak terbuka sedangkan bagian bawah diberi lubang-lubang kecil berdiameter 0,5 cm untuk peresapan air. Bak diisi pasir (yang telah diayak) setinggi 7-8 cm, dan diatas pasir tersebut dibuat alur tanam berkedalaman 1 cm dan jarak antar alur 5 cm, panjang alur sesuai panjang bak. Benih mentimun disebar dalam alur tanam secara rapat dan merata, kemudian ditutup dengan pasir dan disiram air hingga lembab.
2. Persemaian
Benih yang sudah berkecambah dipindahkan ke polibag semai dan diletakkan di tempat yang terlindung dari sinar matahari yang kuat, hujan dan juga OPT.
3. Pengolahan Lahan
Tanah diolah kemudian dicampur dengan pupuk kandang dengan dosis 10-20 ton/ha. Dibuat bedengan dengan lebar 100 cm, panjang disesuaikan dengan kondisi lahan dan tinggi 20 cm pada musim kemarau atau 30 cm pada musim hujan. Jarak antar bedengan 30 cm.
4. Penanaman
Bibit yang sudah mempunyai 2-3 helai daun sejati (berumur 20-23 hari) siap ditanam. Ada beberapa cara tanam yang dapat digunakan, yaitu :
a. cara tanam baris dengan jarak antar tanaman 30 cm x 40 cm (menggunakan rambatan tunggal atau ganda), lubang tanam berupa alur.
b. cara tanam persegi panjang dengan jarak tanam 90 cm x 60 cm (menggunakan sistem rambatan piramida).
c. cara tanam persegi panjang dengan jarak tanam 80x50 cm (menggunakan sistem rambatan para-para).
5. Pemupukan
Pupuk yang digunakan: Urea (225 kg/ha), ZA (150 kg/ha), KCl (525 kg/ha), dan pupuk kandang (1,5-2 kg/tanaman). Pemupukan dilakukan dua kali yaitu setengah dosis sebelum tanam dan setengah dosis sisanya pada saat tanaman berumur 30 hari. Pupuk ditempatkan pada 4 lubang pupuk yang dibuat dengan jarak dari batang utama tanaman 10-15 cm disekeliling tanaman. Lubang pemupukan berdiameter 30-60 mm dengan kedalaman 3-4 cm. Pemupukan dapat dilakukan dengan sistem kocoran bila curah hujan sangat kurang
6. Pemeliharaan
Pemasangan mulsa sebaiknya setelah bibit mentimun dipindahkan ke lapangan (kecuali untuk benih yang ditebar langsung ke kebun produksi). Mulsa dapat berupa jerami padi atau mulsa plastik hitam perak. Rambatan sebaiknya mulai dibuat 4-5 hari setelah bibit ditanam. Bentuk rambatan dipilih dengan mempertimbangan kesehatan tanaman, kemudahan pemeliharan, juga segi kemudahan mendapatkan bahan untuk rambatan.
Pengikatan dilakukan menggunakan tali yang permukaannya halus, namun kuat dan tidak mudah membusuk (tali rafia). Pengikatan dilakukan tiap 2 ruas pada bagian bawah buku-buku batang.
Perompesan dilakukan terhadap bunga, daun maupun cabang air. Pembuangan bunga dilakukan terhadap bunga yang tumbuh sampai ruas ketiga dari bawah, bunga jantan, dan bila pada suatu buku terdapat lebih dari satu bunga, maka dipilih satu bunga sehat saja untuk dibiarkan tumbuh. Pembuangan daun dilakukan pada saat tanaman berumur 1,5-2 bulan terhadap daun tua yang terletak dekat permukaan tanah. Pembuangan cabang air yaitu tunas atau kuncup daun yang tumbuh di ketiak daun.
Pengairan sangat diperlukan terutama bila tanaman mentimun ditanam saat musim kemarau. Penyiraman dilakukan secukupnya dan sebaiknya dilakukan pada pagi hari.
Penyiangan gulma dilakukan karena gulma dapat menjadi inang pengganti OPT, selain itu akan menimbulkan persaingan dalam mendapatkan hara bagi tanaman mentimun.
Sanitasi dilakukan dengan menghilangkan bagian tanaman atau tanaman yang sakit agar tidak menjadi sumber penularan penyakit.
7. Pengendalian Organisme Penggganggu Tanaman (OPT)
Beberapa OPT penting pada mentimun antara lain adalah :
- Kumbang mentimun (Aulacophora sp.). Serangga dewasa maupun larva makan daun mentimun sehingga daun berlubang tidak beraturan.
- Kumbang totol hitam (Henosepilachna sp.). Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini hampir sama dengan kerusakan yang ditimbulkan oleh kumbang mentimun.
- Penyakit dumping-off yang disebabkan oleh Pythium sp.
- Penyakit mosaik mentimun yang disebabkan oleh CMV
Pengendalian OPT yang dapat dilakukan antara lain adalah:
- Secara fisik (mengambil dan memusnahkan telur, larva, imago hama, juga bagian tanaman maupun tanaman sakit yang dapat menjadi sumber inokulum penyakit).
- Pengendalian kimiawi secara selektif (fisiologis maupun ekologis) menggunakan pestisida yang tepat.
- Penggunaan varietas tahan.
8. Panen dan Pascapanen
Panen pertama mentimun dapat dilakukan setelah tanaman berumur ± 75-85 hari. Masa panen dapat berlangsung 1-1,5 bulan. Panen dapat dilakukan setiap hari, umumnya diperoleh 1-2 buah/tanaman setiap kali petik. Produksi buah mentimun mencapai 12-300 ton/ha. Buah mentimun layak petik adalah buah yang masak penuh dengan warna yang seragam mulai dari ujung hingga ujung buah dan mencapai panjang optimal sesuai dengan varietasnya. Buah yang dipetik terlalu awal akan mudah keriput, sedang bila terlalu lambat dipetik buah akan terasa pahit. Pemetikan dilakukan dengan cara memotong sebagian dari tangkai buahnya menggunakan gunting pangkas atau pisau. Pemetikan sebaiknya dilakukan pada pagi hari agar buah masih segar karena penguapan sedikit.
Mentimun mudah mengalami kehilangan kandungan air setelah panen sehingga buah menjadi keriput dan tidak tahan lama. Oleh karena itu sebaiknya setelah panen, mentimun disimpan di tempat yang teduh dan terlindung dari sinar matahari secara langsung. Apabila hendak dikemas sebaiknya kemasan diberi lubang agar sirkulasi udara lancar, dan ditempatkan di tempat sejuk.
Sumber: Balai Penelitian Tanaman Sayuran
             Pusat Balai Penelitian dan Pengembangan Holtikultura
             Badan Penelitian dan Penggembangan Pertanian 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar